Dengan moto, “Kemuliaan bagi Allah Tritunggal Mahakudus melalui Hati Tak Bernoda Bunda Maria,” Serikat ini menjalankan baik kerasulan kontemplatif maupun karya apostolik. Tujuannya adalah memancarkan kehadiran Allah Tritunggal Mahakudus. Sadar untuk hidup dengan Allah Tritunggal Mahakudus adalah tanda khusus spiritualitas Serikat ini.
Pendiri Serikat ini, Pater Fransiskus Xaverius Tjyeng menyatakan bahwa karisma Serikat ini adalah “Panggilan kepada Kemurnian” dan “Panggilan kepada Ketaatan”.

Panggilan kepada Kemurnian berarti: walaupun masyarakat kini menikmati kelimpahan materi melalui perkembangan kemampuan dan budaya manusia, Tuhan tidak dihargai dan dihormati secara benar karena sekularisme yang berlebihan. Ini muncul karena emosi yang tak terkontrol dan tiadanya pemurnian batin oleh Allah. Itulah sebabnya, manusia tidak dapat menikmati kedamaian dan kasih yang benar. Pendiri menganalisis situasi ini sebagai kejatuhan kemanusiaan ke dalam penyembahan terhadap idolaidola emosional, yang menyebabkan manusia mengasihi uang, kekuasaan, dan kesenangan lebih dari Allah. Untuk mengatasi kecenderungan ini, Serikat ini didirikan, untuk meniru contoh Hati Tak Bernoda Bunda Maria, yang mempersembahkan dirinya kepada Allah Tritunggal Mahakudus.
Serikat ini hidup dengan maksud menjadi kurban silih bagi para pendosa yang membutuhkan bantuan rohani kami (Pendiri mempersembahkan “Jam Suci Doa” setiap hari Kamis malam sebagai penyilihan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan temanteman kelasnya di seminari tinggi)